background

BERITA

Unhi Harap Dukungan Pemerintah untuk Keberlanjutan UBS


Image

UTSAWA Bali Sani (UBS) yang diselenggarakan oleh Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar sejak tahun 2010 akan tetap dilanjutkan. Mengingat peran strategis UBS sebagai upaya pemajuan kebudayan Bali, maka diharapkan semakin banyak melibatkan pihak eksternal termasuk pemerintah untuk mendukung keberlanjutan kegiatan tahunan ini.

Hal tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) “Utsawa Bali Sani Kini dan Nanti” yang berlangsung di kampus Unhi Denpasar, Selasa (25/9).

Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S, didampingi Ketua Yayasan Widya Kerthi Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A, di sela-sela FGD mengatakan, diskusi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan UBS yang telah berlangsung hingga sembilan kali. FGD menghadirkan beberapa narasumber dari pihak eksternal seperti pengamat seni, seniman, budayawan, dinas Kebudayaan, perwakilan Majelis Desa Pakraman, dan PHDI, serta PHRI. Selain itu, hadir pula para mantan rektor Unhi serta pejabat di lingkungan Unhi.

“Kami sengaja mengundang pihak eksternal agar mengetahui respons mereka terhadap kegiatan tahunan ini. Setelah FGD ini kami akan ada diskusi kembali di internal untuk mematangkan pelaksanaan Utsawa Bali Sani ke depannya,” kata Prof. Damriyasa.

Dalam FGD tersebut, pengamat seni Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA, menyampaikan bahwa UBS telah menjadi satu peristiwa budaya yang ditunggu-tunggu masyarakat pada sekitar Purnama Kapat. Dengan lahirnya UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, maka UBS penting untuk terus dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai ruang pelestarian budaya khususnya kesenian. “Walaupun digagas oleh Unhi, tetapi UBS menjadi bagian dari dinamika kehidupan budaya masyarakat secara luas,” ucapnya.

Prof Dibia melanjutkan, UBS telah berkontribusi positif terhadap eksistensi berbagai kesenian di Bali. UBS perlu memperkokoh eksistensi dan jati dirinya sebagai festival yang berbeda dengan festival seni yang lain. “Lomba bapang barong, jauk manik, pajegan yang ditampilkan mempunyai dampak cukup besar dalam membangun kegairahan berkesenian di kalangan generasi muda. Ke depan, kualitas kesenian yang disajikan harus terus dikurasi, diseleksi agar memiliki daya pukau,” katanya.

Mantan Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. Ida Bagus Gede Yudha Triguna, MS pada FGD tersebut memaparkan sejarah awal pelaksanaan UBS. Dikatakan, UBS digagas untuk memeriahkan rangkaian upacara Dewa Yadnya di Pura Maha Widya Mandira Kampus Unhi Denpasar untuk mengisi waktu nyejer Ida Bhatara. Pelaksanaan UBS didasari atas semangat ngayah. UBS memiliki fungsi simbolik yang baik, ekspresif, kognitif, evaluatif, dan konstruktif.

“Agar lebih efisien dari tata kelola internal, UBS dapat dicarikan orang tua asuh kepada pihak pemerintah, perusahaan, dan perorangan. Unhi kalau mau besar harus didukung oleh masyarakat dengan cara membangun kerja sama dengan seniman, budayawan, sastrawan,” kata Prof. Yudha Triguna.

Sementara itu, perwakilan PHDI dalam acara itu menyampaikan sangat mendukung pelaksanaan UBS yang dilaksanakan Unhi Denpasar. Diharapkan UBS terus-menerus mampu mengangkat kearifan lokal. Adapun perwakilan dari PHRI memberi masukan agar Unhi membangun kerja sama dengan stakeholder pariwisata khususnya PHRI dan Asita agar UBS juga bisa dikenal di dunia pariwisata. HM