background

BERITA

Berita Utama


Berita Terbaru

Image
Kamis, 05 Juli 2018
Seminar Nasional UNHI, Kupas Agama, Adat, Sejarah dan Seni di Zaman Milenial

Fakultas Pendidikan Agama dan Seni Universitas Hindu Indonesia (FPAS Unhi) Denpasar berkerjasama dengan Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud) dan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Bali menggelar Seminar Nasional bertemakan Agama, Adat, Seni, dan Sejarah di Zaman Milenial di Aula Indraprasta Kampus Unhi Denpasar, Kamis (5/7/2018). Seminar Nasional ini juga mengundang 4 pembicara utama, diantaranya Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd. (Guru Besar FPAS Unhi Denpasar), Kol. Caj (Purn) Dr. Drs. I Dewa Ketut Budiana, M.Fil.H. (Yayasan Pendidikan Widya Kerthi), Dr. Kun Adnyana, M.Sn. (ISI Denpasar), dan Dr. I Nyoman Wijaya, M.Hum. (FIB Unud). Di samping juga menghadirkan 4 pembicara lainnya dari kalangan praktisi agama, adat, seni, dan sejarah. Total sebanyak 30 makalah dipaparkan dalam seminar nasional ini. Selain Seminar Nasional, pada kesempatan tersebut juga dilakukan berbagai penandatanganan MoU antara Unhi Denpasar dengan berbagai lembaga/institusi yang bergerak dibidang agama, adat, seni, dan sejarah. Seperti, prodi Ilmu Sejarah FIB Unud, ISI Denpasar, MSI Bali dan Pusat, Rumah Budaya Penggak Men Mersi, dan lainnya. Ketua Panitia sekaligus Dekan FPAS Unhi Denpasar, Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd., menjelaskan perkembangan peradaban dan kebudayaan Bali yang berkaitan dengan seni telah lama bersinggungan dengan masalah-masalah agama, ritual, dan dinamika sejarah Bali. Namun, dampak dari perkembangan pariwisata Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya menunjukkan adanya berbagai permasalahan mengenai bagaimana sebuah karya seni dikemas sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan pariwisata yang dapat dilihat pada kehidupan masyarakat Bali pada masa modern dan postmodern saat ini. Tantangan ini harus dihadapi sekaligus dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan daya saing para seniman, pengerajin, pengusaha industri pariwisata dan pengambil keputusan di daerah. Sehingga, perubahan yang terjadi tidak melemahkan kemampuan lokal, tetapi justru dapat memperkuat budaya lokal. Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS., mengatakan Unhi Denpasar merupakan perguruan tinggi yang sangat luas mengembangkan berbagai bidang disiplin ilmu. Sebab, Unhi Denpasar tidak hanya fokus mengembangkan bidang ilmu agama dan kebudayaan, namun juga mengambangkan bidang ilmu kesenian, sains dan teknologi. Di samping itu, Unhi juga satu-satunya Perguruan Tinggi di Asia Tenggara yang mengembangkan prodi kesehatan Ayurweda yang saat ini menjadi tren. Ada Universitas Udayana tetapi tidak mengambangkan bidang ilmu agama yang dipelajari, ada ISI Denpasar hanya mempelajari bidang seni, kemudian ada IHDN Denpsar fokus pada bidang agama. Tetapi, kami Unhi Denpasar mengembangkan semua bidang ilmu untuk dipelajari,ujar Prof. Damriyasa. Oleh karena itu, Damriyasa berhara Seminar Nasional ini akan dapat digunakan sebagai media untuk dapat saling berdialog dan bertukar fikiran tentang berbagai nilai-nilai keagamaan, kesenian, dan kesejarahan yang dapat diangkut kepermukaan untuk dibahas, dikaji secara komprehensif dan komparatif. Sehingga berbagai output yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan daya saing masyarakat lokal Bali pada khsusnya dan Indonesia pada umumnya. Disampjng juga untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas akademik Unhi Denpasar ke depannya. Sementara itu, Dr. Hilmar Farid mengatakan perubahan sikap, etika dan karakter generasi muda saat ini mengindikasikan bahwa bangsa kita tengah menghadapi krisis identitas. Namun, untuk di Bali perubahan identitas tersebut tidak separah ditempat lain di Indonesia.

Image
Kamis, 28 Juni 2018
UNHI Sampaikan Aspirasi Kepada Anggota Komisi VIII DPR RI

Perjuangkan Pengangkatan Guru Agama Hindu UNIVERSITAS Hindu Indonesia menerima kunjungan dari Anggota Komisi VII DPR RI Agung Putri Astrid pada Kamis 21 Juni 2018. Kedatangan Agung Putri Astrid adalah untuk menyerap aspirasi dari perguruan tinggi Hindu yang berhubungan dengan bidang kerja komisi VIII. Kunjungan anggota DPR RI ini diterima oleh jajaran pimpinan Unhi yang di antaranya adalah Rektor Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S, Wakil Rektor III Dr. I Wayan Muka, ST, M.T, Kepala Kerjasama dan Humas Unhi W.A Sindhu Gitananda, dan para dekan di lingkungan Universitas Hindu Indonesia. Dalam diskusi dan penyerapan aspirasi tersebut, mencuat isu tentang pengangkatan guru agama Hindu. Selama ini pengangkatan guru agama Hindu untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap tahunnya masih jauh dari kebutuhan. Akibatnya, pemerintah daerah harus menyediakan tambahan dengan status guru honorer. Dari sisi kami, hal itu membuat minat calon mahasiswa pada Program Pendidikan agama Hindu sangat minim, kata Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan Dr I Wayan Muka, ST, M.T. Persoalan ini sebenarnya sudah diperjuangkan dari tahun ke tahun namun belum ada jalan keluarnya. Padahal peran guru agama sangat penting dalam memberikan pemahaman keagamaan melalui jalur sekolah. Kami berharap dengan posisi di Komisi VIII masalah ini bisa terpecahkan, ujarnya. Selain masalah itu, pihak UNHI juga menyampaikan adanya kendala dalam pengembangan program studi Ayurweda yang merupakan program unggulan. Program ini berusaha mengembangkan model pengobatan tradisional berbasis usada Bali sebagai kearifan lokal daerah ini. Namun Kementerian Kesehatan belum mau memberikan pengakuan sebelum kami pindah naungan ke Kementerian Riset dan Dikti, kata Rektor UNHI Prof.Dr.drh. I Made Damriyasa, MS. Selama ini, Prodi tersebut dikembangkan dengan dukungan Kementerian Agama. Terhadap berbagai masalah tersebut, Gung Tri menyebut akan mengkoordinasikannnya dengan Dirjen Bimas Hindu di Kementerian agama untuk melihat sejauhmana upaya yang dilakukan dan apa hambatannya. Ini pertama kalinya ada wakil Bali di Komisi VIII dimana Menteri Agama merupakan partner kerja kami, ujarnya. HMS

Image
Senin, 28 Mei 2018
Hadirkan Yudi Latif, Unhi Gelar Sosialisasi Kebangsaan

UNIVERSITAS Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar menggelar Sosialisasi Kebangsaan dengan tema Peningkatan Wawasan Kebangsaan untuk Memperkuat NKRI Bagi Generasi Muda di Aula Widya Sabha Unhi Denpasar, Senin (28/5) lalu. Salam Pancasila, Merdeka, lantunan lagu kebangsaan Garuda Pancasila dan Dari Sabang Sampai Merauke menggema pada acara yang dihadiri lebih dari 1.500 peserta yang terdiri atas siswa-siswi SD, SMP, SMA/SMK, mahasiswa berbagai kampus, penyuluh agama, hingga para guru dan dosen ini. Terlebih, acara ini meghadirkan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif, Ph.D., bersama Anggota Dewan Pengarah BPIP Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya. Anggota Dewan Pengarah BPIP, Wisnu Bawa Tenaya, mengapresiasi semangat dan antusias peserta siswa hingga mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini. Pada kesempatan tersebut Ketua Umum PHDI Pusat ini pun berpesan kepada generasi muda agar mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian. Nyanyikan terus lagu-lagu kebangsaan di rumah, di banjar, agar selalu ingat sebagai generasi muda Indonesia agar negara kita semakin maju. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh,pesannya.Kepala BPIP, Yudi Latif, mengatakan Pancasila perlu selalu didengungkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, hanya dengan Pancasila, bangsa dan negara Indonesia bisa meraih kemajuan. Apalagi, Bangsa Indonesia dianugerahi dengan keragaman suku, ras, agama, budaya, adat, dan tradisi. Sehingga, diperlukan kerjasama dengan mengesampingkan perbedaan untuk menggapai tujuan bersama. Kerjasama atau gotong royong itulah sebagai esensi dari ideologi Pancasila.Lebih jauh ia menjelaskan, Bung karno mengibaratkan keragaman atau kemajemukan Indonesia itu sebagai pecahan-pecahan dalam matematika. Pecahan-pecahan tersebut sampai kapanpun tidak bisa dijumlahkan kecuali bilangan penyebutnya disamakan. Penyebut bersama dalam keragaman Indonesia itulah yang terkristalisasi ke dalam Pancasila. Yudi Latif mengatakan, Pancasila merupakan titik temu, titik pijak, dan titik tuju bangsa Indonesia. Sebagai titik temu, Pancasila memungkinkan segala perbedaan bertemu. Sebagai titik pijak, Pancasila menjadi pijakan atau landasan hukum negara. Sebagai titik tuju, Pancasila menjadi orientasi kemana kemajemukan ini diarahkan,jelas Yudi Latief. Sementara itu, Rektor Unhi, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S., didampingi Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Prof Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A., mengatakan perguruan tinggi mempunyai peran serta tangung jawab penting dan strategis untuk mempertahankan NKRI. Oleh karena itu, Unhi Denpasar melaksanakan sosialisasi kebangsaan kepada generasi muda sebagai salah satu peran aktif Unhi dalam menanamkan nilai-nilai ideologi Pancasila kepada generasi muda pelajar.Melalui kegiatan ini Unhi Denpasar mengukuhkan komitmen sebagai kampus yang menjunjung tinggi Pancasila dan memperkokoh nilai-nilai kebangsaan serta menolak radikalisme. Kami menjamin civitas akademika Unhi tidak memiliki paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Tidak ada alasan bagi lulusan perguruan tinggi di Indonesia memiliki ideologi bertentangan dengan Pancasila,tegas Prof. Damriyasa. Hum